12. Analisis wacana kritis merupakan analisis bahasa dalam penggunaannya melalui perspektif kritis (Darma, 2014: 27). Novel dapat dianalisis dari perspektif kritis. Analisis Wacana Kritis (AWK) mengsung tema utamanya adalah semata-mata mengungkap kekuasaan, dominasi dan kesetidaksetaraan dilakukan, direpreduksi yang dilawan melalui teks secara
Membicarakan analisis wacana AW dan analisis wacana kritis AWK maka kita harus memahami dulu apa itu wacana. Wacana dalam bahasa Inggris discourse merupakan rangkaian teks baik lisan maupun tulis sebagai wujud tindak komunikasi yang mangandung gagasan dari addressor kepada addressee berdasarkan konteks tertentu Foucault, 197248-49. Terkait dengan kajian atau analisis wacana lebih menekankan pada pembahasan unsur internal linguistik, sedangkan AWK mengkaji penggunaan bahasa terkait dengan bidang ilmu lain diluar linguistik. 1. Analisis wacana Analisis wacana merupakan analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa lisan maupun tulis yang melibatkan penyampai pesan dengan penerima pesan dalam tindak komunikasi Slembrouck, 20031. Analisis wacana AW bertujuan untuk mengetahui adanya pola – pola atau tatanan yang di ekspresikan oleh suatu teks. Interpretasi sutu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas termasuk pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan disampaikan. Analisis wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik mikro seperti sintaksis, pragmatik, morfologi, dan fonologi dan linguistik makro seperti sosiolinguisitk, pragmatik, psikolinguistik. 2. Analisis wacana Kritis Analisis wacana kritis AWK didefinikan sebagai upaya untuk menjelaskan suatu teks pada fenemona sosial untuk mengetahui kepentingan yang termuat didalamnya. Wacana sebagai bentuk praktis sosial dapat dianalisis dengan AWK untuk mengetahui hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam domain sosial yang berbeda dalam dimensi linguistik Eriyanto, 20067. Menurut Van Djik 2001 AWK yang menitikberatkan kekuatan dan ketidak setaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu, AWK digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras, gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis wacana kritis yakni tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi. 3. Perbedaan analisis wacana dan analisis wacana kritis Analisis wacana lebih mengkaji pada fenomena linguistik baik mikro maupun makro, sedangkan AWK menganalisis fenomena wacana yang berhubungan dengan sosial masyarkat yakni menggali alasan mengapa sebuah wacana memiliki struktur tertentu yamg berhubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut. Untuk memedakanya dapat dilihat pada dua contoh judul jurnal dibawah ini. Representatisi gender dalam ungkapan berbahasa indonesia dan bahasa Inggris Nasionalisme dalam Novel Pada Journal yang pertama dianalisis dengan AWK yakni melihat ungkapan – ungkapan sebagai suatu unit linguistik yang terkait dengan fenomena praktik sosial wacana yakni representatif gender. Hal ini tentu terkait dengan budaya setempat bagaimana suatu ungkapan tidak lepas terhadap gender. Ungkapan terntentu akan berbeda jika diucapakan oleh laki – laki atau perempuan. Sejalan dengan contoh diatas pada tagline “penak jaman ku tho” dengan gambar mantan presiden Soeharto juga dapat dikaji degan AWK, karena syarat akan prinsip analisis hisotris yakni bagaimana perbadingan kesejahteraan pada pemerintahan Soeharto dengan sekarang . Hal ini tentu dapat dirasakan oleh mereka yang merasakan kehidupan sejak orde baru dan pasca reformasi. Baca Fenomena Wacana dalam Praktek Sosial, Ideologi, Kekuasaan, Budaya Disisi lain, AWK dapat melihat bahwa tagline Soeharto tersebut merupakan media yang berusaha mengangkat stigma Soeharto. Hal ini merupakan suatu peran media dalam memberikan wacana kepada masyarkat sehingga melakukan perbandingan dengan kekuatan politik politic power yakni zaman dahulu lebih enak dari zaman sekarang yang disebar oleh kekuatan media media power. Kekutan media tersebut akan menjadikan suatu wacana lebih dominan dari wacana lain tidak dominan termarginalkan. Bisa saja media secara sengaja menyampaikan wacana dominan yakni lebih sejahtera zaman Soeharto, sebaliknya zaman sekarang lebih susah adalah gambaran wacana yang tidak dominan. Selain itu, melalui wacana suatu kelompok dapat digambarkan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Bisa saja disembunyikan bahkan menjadi wacana yang termarginalkan. Sebagai seorang pembaca harus lebih kritis lagi yakni tidak bisa langsung menerima wacana yang ada karena pembaca memiliki kemungkinan wacana lain yang tidak sependapat dengan wacana penyampai pesan. Hal tentu akan mengakibatkan wacana menjadi hilang, karena perlu disadari bahwa setiap media memiliki kepentingan. Pada contoh jurnal yang kedua yakni “nasionalisme dalam novel” dapat dikaji dengan analisis wacana yakni mengkaji fenomena linguistik yang terdapat pada novel serta konteks situasi yang memperlihatkan lingkungan dari penggunaan bahasa yang memaut wacana. Sehingga dapat ketahui fungsi dan konteks wacana nasiolisme bagaimana wacana nasionlisme di relalisasikan dalam unit bahasa. Lebih lanjut lagi pemikiran nasionalisme tersebut tentu berusaha disampaikan oleh penulis novel kepada pembaca. Referensi Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta LkiS. Slembrouck, Steff. 2009. What is Meant by Discourse Analysis. Belgium Ghent University. Van Dijk, T. 2001. Methods of critical discourse analysis. UK SAGE Publications. Beli Buku Sekarang »
WacanaNarasi, Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, dan Persuasi. 1. Wacana Narasi. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu ( Keraf: 2010). Keraf juga mengatakan unsur terpenting dalam narasi adalah unsur tindakan
18/04/2023 Pendidikan 0 Views Memahami Arti Analisis Wacana Sebelum membahas perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis, terlebih dahulu kita harus memahami arti dari kedua konsep tersebut. Secara umum, analisis wacana adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis bahasa yang digunakan dalam sebuah teks tertentu. Dalam hal ini, teks dapat berupa tulisan, pidato, atau bahkan media sosial. Analisis Wacana Analisis wacana sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu analisis wacana deskriptif dan analisis wacana kritis. Pada analisis wacana deskriptif, tujuan utama adalah untuk menggambarkan bahasa yang digunakan dalam teks secara objektif. Sedangkan pada analisis wacana kritis, tujuannya adalah untuk mengeksplorasi bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar. Analisis Wacana Kritis Dalam analisis wacana kritis, para peneliti lebih memfokuskan pada aspek-aspek seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. Hal ini karena analisis wacana kritis dianggap lebih relevan untuk memahami bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat mempengaruhi cara berpikir dan bertindak seseorang. Perbedaan Analisis Wacana dan Analisis Wacana Kritis Setelah memahami arti dari kedua konsep tersebut, kini saatnya kita membahas perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis. Perbedaan yang paling mendasar terletak pada tujuan dari kedua jenis analisis tersebut. Pada analisis wacana deskriptif, tujuan utama adalah untuk menggambarkan bahasa yang digunakan dalam teks secara objektif. Dalam hal ini, para peneliti lebih memfokuskan pada struktur dan makna dari bahasa yang digunakan dalam teks. Sedangkan pada analisis wacana kritis, tujuan utamanya adalah untuk mengeksplorasi bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar. Perbedaan lainnya terletak pada aspek yang dianalisis. Pada analisis wacana deskriptif, aspek yang dianalisis lebih terfokus pada bahasa itu sendiri, seperti struktur kalimat, penggunaan kata, dan sebagainya. Sedangkan pada analisis wacana kritis, aspek yang dianalisis lebih terfokus pada bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat memengaruhi pembaca atau pendengar, seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. Cara Melakukan Analisis Wacana dan Analisis Wacana Kritis Setelah memahami perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis, kini saatnya kita membahas cara melakukan kedua jenis analisis tersebut. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis wacana 1. Membaca teks secara keseluruhan untuk memahami konteks dan tujuan dari teks tersebut. 2. Membaca teks secara lebih rinci untuk memahami struktur dan makna dari bahasa yang digunakan dalam teks. 3. Membuat catatan tentang struktur dan makna dari bahasa yang digunakan dalam teks. 4. Menganalisis struktur dan makna bahasa yang digunakan dalam teks. Sedangkan untuk melakukan analisis wacana kritis, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut 1. Membaca teks secara keseluruhan untuk memahami konteks dan tujuan dari teks tersebut. 2. Membaca teks secara lebih rinci untuk memahami aspek-aspek seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. 3. Membuat catatan tentang aspek-aspek tersebut. 4. Menganalisis bagaimana aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar. Terbaru dan Viral Analisis wacana dan analisis wacana kritis adalah dua konsep yang penting dalam penelitian bahasa dan sastra. Meskipun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, namun keduanya sama-sama penting dalam memahami bahasa dan teks. Oleh karena itu, para peneliti perlu memahami kedua konsep tersebut dengan baik agar dapat melakukan penelitian yang berkualitas. Tips dan Ulasan Dalam melakukan analisis wacana dan analisis wacana kritis, penting untuk memahami konteks dan tujuan dari teks yang akan dianalisis. Selain itu, para peneliti juga perlu memahami aspek-aspek seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. Dengan demikian, analisis yang dilakukan akan lebih akurat dan relevan. Inilah Kesimpulan Dalam artikel ini, kita telah membahas perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis. Keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, terutama pada tujuan dan aspek yang dianalisis. Namun, keduanya sama-sama penting dalam memahami bahasa dan teks. Oleh karena itu, para peneliti perlu memahami kedua konsep tersebut dengan baik agar dapat melakukan penelitian yang berkualitas. Check Also Admin Dashboard Php Welcome Inilah Cara Membuat Dashboard Admin Yang Menarik Dan Mudah Digunakan Bagaimana Menggunakan Admin Dashboard PHP? Admin Dashboard PHP adalah alat yang sangat berguna untuk mengatur …
Salahsatu media komunikasi yang dapat menyampaikannya adalah komik. Komik dapat menjadi media komunikasi yang menarik untuk menyampaikan pandangan kritis. Penelitian ini menganalisis salah satu komik karya Aji Praseyo yang berjudul “Setan Menggugat” dengan menggunakan analisis wacana kritis Teun A. van Dijk.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kata wacana didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Johnstone 2002 dalam bukunya yang berjudul Discourse Analysis menungkapkan bahwa wacana adalah komunikasi secara nyata dengan bahasa sebagai medianya. Mendukung pernyataan tersebut, Clark 1994 dalam artikelnya Discourse in Production yang dimuat dalam Handbook of Psycholinguistics menjelaskan wacana sebagai penggunaan bahasa secara menyeluruh melebihi tataran bunyi, kata dan kalimat. Pendapat tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Kridalaksana 2008 berkaitan dengan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap yang di dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Satuan bahasa terlengkap yang dimaksudkan dalam suatu wacana dapat berupa rentetan kalimat yang saling berkaitan dan mampu menghubungkan proposisi-proposisi yang ada menjadi kesatuan yang utuh Moeliono, 1988. Definisi-definisi tersebut merupakan definisi wacana secara konvensional yang menempatkan wacana sebagai konstruksi yang netral dan bebas nilai. Sedikit berbeda dengan ketiga pendapat tersebut, Fowler et al 1979, Fairclough 2001, van Dijk 1988, van Leeuweun 2008 dan Wodak 2001 mendefinisikan wacana secara kritis dengan menempatan wacana sebagai konstruksi yang tidak bebas nilai dan tidak netral. Wacana merupakan wujud dari tindakan sosial yang diproduksi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pihak yang memproduksinya. Sesuai dengan masalah yang akan dikaji, maka penelitian ini berpedoman pada definisi wacana yang tidak bebas nilai dan tidak terhadap wacana pada mulanya dipelopori oleh Zellig Harris pada tahun 1952 dengan menuliskan sebuah artikel yang berjudul Discourse Analysis yang dimuat pada jurnal Language. Para linguist pada era tersebut disibukkan dengan analisis kebahasaan pada tataran morfologi dan sintaksis saja yang hanya mengkaji bahasa sampai pada tataran kalimat. Harris dalam artikelnya menuliskan tentang perlu dilakukannya analisis yang lebih komperehensif terhadap bahasa yang tidak berhenti pada tataran internal kebahasaan saja kalimat, akan tetapi mengkaji lebih lanjut tataran eksternal yang menyelimuti tataran internal tersebut, yakni keterkaitan antara teks dengan kontesksnya. Analisis wacana baru mulai banyak dilakukan oleh para ahli pada tahun 1960-an. Renkema 20041 mendefinisikan analisis wacana sebagai disiplin ilmu yang mengkaji hubungan antara bentuk dan fungsi dalam komunikasi verbal. Brown dan Yule 19831 dalam bukunya yang berjudul Discourse Analysis menjelaskan bahwa analisis wacana berarti melakukan analisis terhadap bahasa yang digunakan. Begitu pula dengan van Dijk 198824 dalam karyanya News as Discourse yang menjelaskan bahwa analisis wacana merupakan proses analisis terhadap bahasa dan penggunaan bahasa dengan tujuan memperoleh deskripsi yang lebik eksplisit dan sistematis mengenai apa yang disampaikan. Cook 19921 menambahkan bahwa dalam analisis wacana tidak cukup hanya menganalisis unsur kebahasaan saja, akan tetapi juga memperhitungkan konteks yang membangun wacana tersebut. Kehadiran konteks yang dihubungkan dengan faktor kebahasaan ternyata tidak cukup memuaskan bagi proses analisis wacana. Pengaruh paradigma kritis mengahadirkan terobosan yang disebut analisis wacana kritis[1].Para ahli wacana kritis mendefiniskan wacana dengan terma yang lebih luas lagi. Sekelompok pengajar dari Universitas East Anglia, yakni Fowler, Hodge, Kress dan Trew 1979 melalui bukunya yang berjudul Langauge and Control dengan pendekatan linguistik kritis yang mereka gagas semakin memantapkan pengkajian wacana secara kritis. Mereka memaknai wacana sebagai praktik sosial yang bertujuan. Wacana tidak serta merta hadir begitu saja, melainkan hadir dengan tujuan tertentu yang ingin disampaikan pada khalayak penikmatnya Fairclough dan Wodak, 1997. Teks tidak pernah dipandang sebagai sesuatu yang netral yang bebas nilai. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai suatu tindakan. Wacana bertindak dalam menentukan ke arah mana khalayak akan dibawa. Tugas utama analisis wacana kritis adalah menguraikan relasi kuasa, dominasi dan ketimpangan yang diproduksi dalam wacana van Dijk, dalam Tannen dkk, 2001. Sependapat dengan van Dijk, Renkema 2004282 dalam bukunya yang berjudul Introduction to Discourse Studies menambahkan bahwa wacana merupakan refleksi relasi kuasa yang terdapat dalam wacana kritis dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi masalah-masalah sosial, terutama masalah diskriminasi. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting sebagai perwujudan kuasa pihak tertentu. Suatu teks diproduksi dengan ideologi[2] tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak pembacanya. Perkembangan analisis wacana kritis oleh para ahli telah melahirkan beragam teori dengan pendekatan yang juga beragam yang digunakan dalam penelitian. Fowler, Hodge, Kress dan Trew 1979 mengaplikasikan teori fungsional gramar Halliday untuk melakukan analisis wacana kritis. Halliday melalui teori tersebut menyatakan bahwa bahasa memiliki 3 fungsi utama, yakni mengkomunikasikan proses terjadi`nya peristiwa di dunia dan semua yang terlibat di dalamnya fungsi ideasional, mengekspresikan sikap penutur terhadap proposisi yang sudah disusun dan mengekspresikan relasi antara penutur dan mitra tutur fungsi interpersonal dan menyajikan ekspresi tersebut secara koherensif dan memadai melalui teks fungsi tekstual 1979188. Fowler, Hodge, Kress dan Trew menerapkan analisis terhadap 3 fungsi bahasa tersebut untuk membedah ideologi yang ada pada wacana. Analisis yang dilakukan hanya pada tataran teks saja, yakni menganalisis elemen pilihan kosakata yang digunakan pada teks, nominalisasi dan pilihan kalimat yang Leeuwen 2008 dalam bukunya yang berjudul Discourse and Practice menggunakan pendekatan eksklusi dan inklusi untuk menganalisis bagaimana aktor-aktor dalam wacana ditampilkan, apakah aktor tersebut ditampilkan secara utuh, hanya sebagian atau bahkan dihilangkan. Eksklusi merupakan pengeluaran atau penghilangan aktor dari suatu wacana van Leeuwen, 2008 28-29. Proses eksklusi direalisasikan melalui 3 strategi, yakni pasivasipenghilangan aktor dalam wacana yang paling umum dilakukan dengan menggunakan kalimat pasif untuk menjabarkan suatu peristiwa, nominalisasiproses mengubah verba menjadi nomina dan penggantian anak kalimat. Berlawanan dengan eksklusi, inklusi berkaitan dengan bagaimana aktor dimasukkan atau dihadirkan dalam wacana. Proses inklusi direalisasikan melalui 6 strategi, yakni diferensiasi- indiferensiasi menghadirkan aktor atau peristiwa lain sebagai pembanding, objektivasi- abstraksi, nominasi- kategorisasi, nominasi- identifikasi, determinasi- indeterminasi dan asimilasi- individualisasi. Jenis pendekatan ini memungkinkan untuk meninjau lebih dalam dan terperinci tentang posisi aktor dalam wacana. Namun untuk melihat bagaimana terbentuknya wacana secara utuh masih belum bisa dikatakan terperinci mengingat van Leeuwen hanya melakukan analisis pada tataran teks saja. Sejalan dengan van Leeuweun, bisa dilihat pada karya Mills 1997 yang berjudul Discourse, analisis wacana kritis dilakukannya dengan memfokuskan pada bagaimana aktor-aktor ditampilkan pada wacana. Yang membedakan keduanya adalah fokus kajian yang meraka lakukan, yakni Mills yang lebih terkenal dengan kajian wacana feminismenya. Ia ingin mengkaji bagaimana bias media dalam menampilkan wanita sehingga terjadi pemarjinalan di dalamnya. Model analisis wacana kritis Mills berusaha menghubungkan posisi aktor sosial dan posisis suatu peristiwa untuk mengungkan adanya pemarjinalan. Posisi subjek dan objek dalam suatu peristiwa dikaji secara mendalam olehnya untuk melihat aktor mana yang memiliki posisi yang lebih tinggi dan memiliki kuasa untuk menentukan wacana yang akan dilemparkan pada publik. Aktor yang berperan sebagai subjek diasumsikan sebagai aktor yang memiliki kesempatan untuk mendefinisikan dan melakukan pencitraan terhadap dirinya. Di sisi lain, aktor yang menjadi objek adalah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain. Analisis terhadap posisi subjek- objek diyakini Mills mengandung muatan ideologi tertentu. Kelebihan pendekatan wacana kritis yang dilakukannya adalah memperhitungkan posisi pembaca dalam teks. Berita bukanlah semata sebagai hasil produksi dari pewarta berita dan pembaca tidak serta merta ditempatkan sebagai sasaran. Mills menganggap berita sebagai hasil negoisasi antara pewarta berita dan pembacanya. Berbeda dengan van Leeuwen dan Mills, pendekatan analisis wacana kritis van Dijk 1988, yang dikenal dengan pendekatan kognisi sosial, menyertakan analisis terhadap kognisi pembuat wacana dalam proses pembentukan wacana dan juga melibatkan analisis kebahasaan secara lebih mendalam untuk membongkar relasi kuasa dan dominasi yang diproduksi pada wacana. Van Dijk mengklasifikasikan elemen wacana menjadi 3, yakni teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Tataran teks dibagi menjadi 3, yakni struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Struktur makro adalah strukur luar pembentuk wacana. Superstruktur berkaitan dengan skematik wacana. Struktur mikro mencakup elemen-elemen kebahasaan yang digunakan dalam wacana. Van Dijk menetapkan 4 elemen kebahasaan yang dikaji pada tataran struktur mikro, yakni elemen sintaksis, semantis, stilistik dan retoris. Kognisi sosial hadir untuk menjembatani antara teks dan konteks. Kognisi sosial berkaitan dengan proses mental dan kognisi pembuat wacana dalam proses produksi wacana. Adanya analisis terhadap kognisi sosial melalui daftar pernyaaan yang diajukan kepada pembuat wacana akan lebih memperjelas bagaimana wacana diproduksi dan konteks seperti apa yang mempengaruhinya. Untuk analisis konteks sosial dilakukan melalui studi intertekstualitas, yakni mengkaitkan suatu wacana dengan wacana terkait yng ada sebelum dan sesudahnya. Keterkaitan antara teks, kognisi sosial dan konteks sosial mencerminkan kecenderungan suatu wacana. Kelebihan proses analisis wacana yang dilakukan oleh van Dijk adalah bagaimana ia menghubungkan antara teks dan konteks melalui kognisi sosial pembuat wacana. Senada dengan van Dijk, analisis wacana kritis Fairclough 1995 dalam bukunya Critical Discourse Analysis menggunakan perantara dalam menghubungkan antara teks dan konteks, yakni melalui praktik wacana. Pendekatan analisis wacana kritis model Fairclough mengklasifikasikan tiga dimensi wacana yang terdiri atas teks, praktik wacana dan praktik sosiokultural. Dimensi teks secara bersamaan memiliki tiga fungsi, yakni representasi, relasi, dan identitas. Fungsi representasi berkaitan erat dengan bagaimana realitas sosial ditampilkan dalam bentuk teks. Praktik wacana menurut Fairclough merupakan tahapan yang berkaitan dengan bagaimana cara pemroduksi wacana membentuk sebuah wacana, dalam media massa hal ini berkaitan dengan bagaimana para pekerja media penulis berita memproduksi teks. Hal ini berkaitan dengan penulis berita itu sendiri selaku pribadi, hubungan kerja penulis berita dengan sesama pekerja media lainnya, institusi media tempat penulis berita bernaung, cara meliput berita, menulis berita, sampai menjadi berita di dalam media. Praktik sosiokultural dibagi menjadi 3 level, yakni level situasional situasi pembangun wacana, institusional pengaruh institusi dan sosial pengaruh sosial masyarakat. Perbedaan antara van Dijk dan Fairclough terletak pada tata cara analisis pada tataran teks. Meskipun Fairclough sudah melakukan analisis unsur-unsur kebahasaan yang lebih komperehensif, akan tetapi pengklasifikasian unsur-unsur kebahasaan tersebut masih belum mendetail dalam artian tidak diklasifikasikan secara gamblang unsur kebahasaan yang dikaji seperti pada analisis yang dilakukan oleh van Dijk 1988.[1] Paradigma kritis menggambarkan dunia sebagai suatu sistem yang tidak seimbang melainkan sebagai suatu sistem yang mengandung dominasi, eksploitasi, pengorbanan, penindasan dan kekuasaan. Kaum kritis berusaha untuk memperlihatkan kesalahan yang muncul pada keadaan masyarakat. Mereka cenderung tertarik dengan kelompok yang didominasi dibandingkan dengan siapa yang melakukan dominasi tersebut. Johnstone, 200226 [2] Ideologi adalah keyakinan dasar yang dimiliki oleh sebuah kelompok dan dihayati bersama oleh seluruh anggota kelompok van Dijk, 2000. Max, dalam van Dijk 2000 mendefinisikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Hodge dan Kress 19796 mengungkapkan bahwa ideologi adalah bentuk ide sistematis yang dibentuk melalui pandangan tertentu. Referensi Clark, Herbert. 1994. Discourse in Production. dalam Hanbook of Psycholinguistics. Academic Press Guy. 1992. The Discourse of Advertising. London Norman. 2001. Language and Power, Second Edition. England Roger et al. 1979. Language and Control. London Barbara. 2002. Discourse Analysis. UK Blackwell Publishers Sara. 1997. Discourse. London RoutledgeRenkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam John Benjamins Publishing Dijk, Teun A. Critical Discourse Analysis. Dalam D. Tannen, D. Schiffrin & H. Hamilton Eds.. 2001. Handbook of Discourse Analysis. Oxford Dijk, Teun A. 1988. News as Discourse. New Jersey Lawrence Erlbaum Associates Dijk. 2000. Ideology and Discourse; A Multidisciplinary Introduction. Barelona Pompen PrabaVan Leeuwen, Theo. 2008. Discourse and Practice, New Tools for Critical Discourse Analysis. New Lihat Bahasa Selengkapnya
Analisiswacana kritis menggarap, analisis tekstual linguistic yang konkret atas penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. 4. Penelitian Kritis Oleh sebab itu, analisis wacana kritis tidak bisa dianggap sebagai pendekatan yang secara politik netral, namun sebagai pendekatan kritis yang secara politik ditujukan bagi timbulnya perubahan social.
1. Analisis wacanaAnalisis wacana merupakan analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa lisan maupun tulis yang melibatkan penyampai pesan dengan penerima pesan dalam tindak komunikasi Slembrouck, 20031. Analisis wacana AW bertujuan untuk mengetahui adanya pola – pola atau tatanan yang di ekspresikan oleh suatu teks. Interpretasi sutu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas termasuk pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan disampaikan. Analisis wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik mikro seperti sintaksis, pragmatik, morfologi, dan fonologi dan linguistik makro seperti sosiolinguisitk, pragmatik, Analisis wacana KritisAnalisis wacana kritis AWK didefinikan sebagai upaya untuk menjelaskan suatu teks pada fenemona sosial untuk mengetahui kepentingan yang termuat didalamnya. Wacana sebagai bentuk praktis sosial dapat dianalisis dengan AWK untuk mengetahui hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam domain sosial yang berbeda dalam dimensi linguistik Eriyanto, 20067. Menurut Van Djik 2001 AWK yang menitikberatkan kekuatan dan ketidak setaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu, AWK digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras, gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis wacana kritis yakni tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi. Daftar isi 1 Sejarah 2 Karakteristik 3 Teori 4 Referensi SejarahSunting Analisis wacana kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis Critical Language Awareness dalam dunia pendidikan barat.[3].Analisis wacana kritis merupakan kelanjutan atau bahkan bagian dari analisis wacana Discourse Analysis.[3] Kajian analisis wacana Discourse Analysis ini begitu luas baik dari segi cakupannya, metodologinya, maupun pemaknaannya.[3]Analisis wacana kritis mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana.[3] Analisis ini bertindak lebih jauh, di antaranya dengan menggali alasan sebuah wacana memiliki struktur tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut.[3] Analisis ini juga merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi.[3] Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda.[4] Untuk menganalisis wacana, yang salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik, yaitu dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks novel yang bisa menggunakan teori analisis wacana kritis.[4] Daftar isi 1 Penggunaan istilah 2 Alat bantu 3 Jenis Analisis wacana kritis 4 Sudut pandang Kaum formalis 5 Manfaat Analisis kualitatif 6 Rujukan Penggunaan istilahSunting Istilah "analisis wacana" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951 oleh Zellig Harris.[6] Perkenalan terhadap istilah ini turut memulai penelaahan secara luas atas wacana sebagai salah satu objek linguistik. Analisis wacana telah mengembangkan wacana sebagai salah satu bidang telaah dengan tingkat perkembangan yang pesat.[7] Perkembangan ini ditandai dengan beragamnya definisi yang diberikan oleh pakar mengenai wacana. Beragamnya definisi ini dipengaruhi oleh perbedaan mazhab linguistik antara lain strukturalisme dan fungsionalisme. Keduanya mengadakan penelaahan terhadap aspek-aspek yang ada pada wacana di luar unsur bahasa.[8] KonsepAnalisis wacana kritis terdIri dari 4 dua konsep utama yaitu wacana, kritis, ideologi dan WacanaWacana dibedakan dari teks khususnya gambar-gambar, tulisan-tulisan, dan utterances. Wacana adalah sebuah bentuk keseluruhan dari pengetahuan dan sebuah arena yang tidak membatasi ekspresi yang pasti. Menurut Michel Faoucault, penggunaan bahasa dan kata-kata ditentukan melalui discursive formations yaitu berbagai macam konvensi dan aturan yang bersifat memaksa pengetahuan dan makna kita terhadap berbagai macam hal. Wacana adalah sebuah wilayah dimana hubungan sosial, praktek-praktek sosial, dan perilaku-perilaku sosial dibentuk dan dikelola. Baca juga Komunikasi SosialB. KritisKritis adalah aspek dari analisis wacana kritis yang merupakan ciri adanya kekhawatiran tentang menisfestasi kekuasaan dan kerja ideologi. Kekawatiran ini dapat kita telusuri melalui hasil kerja kaum Marxis dan pengaruh dari peneliti aliran Frankfrut yang berpendapat bahwa ideologi-ideologi yang pasti dikirimkan melalui teks dan bentuk-bentuk budaya. Baca juga Komunikasi Bisnis Lintas BudayaC. Ideologi dan kekuatanIdeologi adalah konsep penting dalam analisis wacana kritis karena melalui ideologilah kekuatan dan ketidaksetaraan dikelola. Produksi tekstual dan penerimaan merupakan proses-proses sosial. Makna teks selalu di-encode di dalam kekuatan, meskipun makna-makna dan efek bahasa juga menghasilkan negosiasi antara produser, konsumen, dan konteks sosial/budaya yang lebih luas. Teks dapat terbuka bagi kontestasi beberapa macam individu dan kelompok produser dan penerima pesan untuk mempertahankan makna dan efek. Peran dari ideologi adalah menaturalisasi struktur-struktur dominan sehingga proses pembentukan makna dan pembentukan sosial menjadi kabur. Baca juga Sosiologi KomunikasiAsumsiAnalisis wacana kritis tidak menyediakan satu macam atau satu teori khusus atau metodologi penelitian. Lebih dari itu, beberapa teori dan metode penelitian telah dipengaruhi oleh perkembangan analisis wacana kritis. Teori-teori epistemologis, teori-teori sosial, teori-teori psikologi sosial teori wacana, dan teori-teori linguistik, dapat ditemukan dalam analisis wacana juga Teori KomunikasiTeori Komunikasi Menurut Para AhliPada hakikatnya, analisis wacana kritis membawa beragam teori untuk fokus pada aspek-aspek mikro wacana atau aspek-aspek makro struktur aspek mikro wacana, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa kekuatan manifestasi di dalam penggunaan berbagai pola kata-kata dan gambar-gambar. Setiap individu berpartisipasi dalam proses pembentukannya melalui penggunaan bahasa. Aspek mikro wacana meliputi kata-kata, kalimat-kalimat, dan aspek makro struktur sosial, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa identitas kita dibentuk di dalam dan melalui cara-cara kita memproduksi dan mengkonsumsi wacana-wacana. Bahasa membentuk dunia sosial dan budaya Janet M. Cramer 2009, dengan demikian, melalui kedua konteks di atas, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa berbagai struktur sosial, budaya, identitas, dan kekuasaan bersifat tidak tetap, dalam artian perubahan dalam penggunaan bahasa dapat merubah apa yang telah dibentuk. Perubahan sosial inilah yang merupakan tujuan dari analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menitikberatkan pada studi dan analisis tentang bagaimana kekuatan hubungan, ketidaksetaraan, dan dominansi diciptakan dan diabadikan melalui wacana dalam berbagai konteks politis, sosial, dan juga Paradigma Penelitian KomunikasiPengertian Studi Kasus Menurut Para AhliAdalah penting untuk memahami konteks dalam rangka untuk menganalisa intertekstualitas yaitu sebuah konsep yang digunakan oleh Norman Fairclough untuk menganalisa struktur dan organisasi teks dalam hubungannya dengan teks yang lain beserta konteksnya. Intertekstualitas merujuk pada cara teks yang berimplikasi pada teks yang lain. Dibutuhkan sebuah analisis intertekstualitas bahwa hubungan antara teks dan struktur sosial ditemukan. Analisis ini menjadi penuh arti khususnya ketika beragam konteks dalam tataran wacana praktis dan teks juga Prinsip-prinsip Komunikasi[AdSense-A]
Analisiswacana makin diminati terutama karena mengkaji data bahasa secara utuh yang digunakan dalam komunikasi, baik komunikasi lisan maupun tertulis. Dalam seluruh
Analisis wacana ktitis adalah jenis penelitian analisis wacana yang dikhususkan untuk mempelajari bagaimana penyalahgunaan kekuasaan sosial, dominasi dan ketidaksetaraan diberlakukan, direproduksi dan ditentang oleh teks dan lisan dalam konteks sosial dan politik. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ANALISIS WACANA KRITIS DALAM PRAKTIK INTERPRETASI,PENJELASAN, DAN POSISI ANALIS PADA BERITA ONLINE KOMPAS DAN REPUBLIKARd. Bily ParancikaPPs Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaUniversitas Negeri Yogyakartaradenbilyparancika PENDAHULUANAnalisis wacana ktitis adalah jenis penelitian analisis wacana yangdikhususkan untuk mempelajari bagaimana penyalahgunaan kekuasaan sosial,dominasi dan ketidaksetaraan diberlakukan, direproduksi dan ditentang oleh teksdan lisan dalam konteks sosial dan politik. Analisis wacana kritis dibagi ke dalamtiga langkah yang diungkapkan oleh Fairclough 1989109 dalam bukunya yangberjudul Language and Power, ketiga langkah tersebut di antaranya yaitu deskripsiteks, interpretasi hubungan antara teks dan interaksi, dan eksplanasi dari hubunganantara interaksi dan konteks tahap deskripsi, Faiclough 1989 mengklaim pada analisis wacanakritis bahwa ciri-ciri formal teks mempunyai pengalaman, hubungan,ekspresif/hubungan nilai, atau kombinasi dari keseluruhan tersebut. Sedangkan, bagiVan Dijk deskripsi analisis dan pembentukan teori berperan terutama sejauhmemungkinkan pemahaman antara kritik yang lebih baik atas ketidaksetaraan yangmendefinisikan perbedaan di antara orang-orang Van Dijk, 199722-23. Dalamtahap deskripsi, analisis umumnya dianggap sebagai masalah mengidentifikasi danmelabeli fitur formal teks dalam hal kategori kerangka deskriptif. Objek deskripsiyaitu teks, sering dilihat pada tataran permukaan saja. Dengan demikian, analisiswacana tahap deskripsi ini memiliki kelemahan yang dikemukakan oleh Fairclough1995 yaitu terbatas pada penjelasan dalam konteks lokal dan prinsip interpretasiyang hanya menggunakan lokalitas tidak lagi memadai bagi penjelasan wacana tahap interpretasi, Faiclough menggunakan istilah interpretasiinterpretation yang bergantung pada latar belakang asumsi backgroundassumption. Interpretasi teks oleh partisipan wacana menitikberatkan terhadapkemiripan yang esensial antara apa yang dianalisis dan apa yang partisipan interpretasi berkaitan dengan proses yang dilakukan partisipan terhadapproduksi teks sebaik teks tersebut diinterpretasi. Sedangkan interpretasi dihasilkanmelalui kombinasi dari apa yang terdapat di dalam teks itu sendiri dan apa yang adadi dalam pikiran penafsir interpreter dalam arti sumber daya anggota MembersResources/MR yang terakhir membawa pada interpretasi. Dalam hal ini adabeberapa proses yang harus dilalui untuk dapat menginterpretasi teks, di antaranya1 permukaan ujaran, makna ujaran, kohesi lokal serta struktur dan poin’. Keempatnyasaling ketergantungan sebab menunjukkan empat tingkatan interpretasi dalam demikian, dapat disimpulkan bahwa interpretasi memiliki properti pentinguntuk menjadi 'top-down' interpretasi tingkat yang lebih tinggi membentuk tingkatyang lebih rendah sebaik bottom-up’. Dalam interpretasi juga harus memerhatikankonteks situasional dan jenis wacana, konteks intertekstual dan praanggapan, tindaktutur, frame, scripts, and schemata, serta topic and tahap eksplanasi, tahap eksplanasi menjadi bagian dari transisi antaratahap interpretasi ke tahap penjelasan dengan mencatat bahwa, ketika aspek MRMembers Resources/sumber daya anggota digambarkan sebagai prosedurinterpretatif dalam produksi dan interpretasi teks, pada tahap itu lah merekadireproduksi. Reproduksi adalah untuk peserta yang umumnya tidak disengaja dantidak disadari efek sampingnya, sehingga untuk berbicara, produksi dan menghubungkan tahap interpretasi dan penjelasan, karena ketika yangpertama berkaitan dengan bagaimana MR ditarik dalam proses wacana, yangterakhir berkaitan dengan konstitusi sosial dan perubahan MR, termasuk tentu sajareproduksi mereka dalam praktik diskursus. Tujuan dari tahap penjelasanFairclough, 1989 163 adalah untuk menggambarkan sebuah wacana sebagaibagian dari proses sosial, sebagai praktik sosial, menunjukkan bagaimana iaditentukan oleh struktur sosial, dan apa wacana efek reproduksi dapat secarakumulatif dimiliki struktur-struktur itu, mempertahankannya atau dan efek sosial ini dimediasi oleh MR yaitu struktur sosial membentukMR, yang pada gilirannya membentuk wacana dan wacana mempertahankan ataumengubah MR. B. PEMBAHASANDalam kajian ini menggunakan tahapan analisis kritis tahap eksplanasidengan beberapa bagian yang terdapat di dalamnya antara lain interpretasi,eksplanasi dan posisi analis. Pada bagian interpretasi yang digunakan untukmenganalisis teks berita yang terdapat dalam koran online kompas dan republikameliputi konteks situasional dan jenis wacana, konteks intertekstual danpraanggapan, serta frames, scripts, and schemata. Selain itu juga mengambil padasalah satu dari keempat tingkatan interpretasi dalam teks, yakni makna ujaran. Bagian-bagian tersebut digunakan untuk menganalisis berita yang sedangmarak diperbincangkan di negeri Indonesia yang digemparkan dengan maraknyakasus teroris diberbagai penjuru di Indonesia. Pemerintah pun tidak tinggal diam,dengan mengaktifkan kembali berbagai pasukan keamanan yang telah satunya dengan adanya pengaktifan kembali Koopsusgab atau yang dikenaldengan Komando Operasi Khusus Gabungan. Koopsusgab ini dibawah naunganTNI yang sudah ada dalam Undang-undang sebagai salah satu tugas yang harusdilaksanakan oleh TNI. Hal tersebut menarik perhatian bagi masyarakat, hinggamembuat berita tersebut menjadi sumbangan hidup bagi para wartawan pencari2 berita. Berita tersebut juga tak luput dari kejaran media massa. Bukan hanya mediacetak, melainkan juga media sosial yang terhubung dengan jaringan internet. Diantaranya ialah kompas dan republika yang juga mendirikan koran online agar dapatmemudahkan para pembaca untuk tetap mendapatkan berita yang aktual mengenaiapa yang terjadi belakangan ini juga mengenai berita tersebut. Kedua media itu jugamuat berita tersebut dalam media online mereka yang menyajikannya secaraberbeda. Namun, tetap membahas mengenai hal yang sama yaitu “PengaktifanKoopsusgab”. Terlihat pula perbedaannya dalam penyajian judul yang ditampilkanoleh dan koran online memperlihatkan secara jelas dalamjudulnya, yakni “PKS Pemerintah Blunder jika Aktifkan Koopsusgab TNI TanpaPayung Hukum”. Dalam judul tersebut setiap orang sudah akan memahami maksuddari berita tersebut, yang memuat mengenai pengaktifan kembali Koopsusgab. Haltersebut terlihat jelas sebab, tak segan untuk menuliskan kata“aktifkan”. Oleh karena itu, dari kata tersebut saja sudah menjelaskan pada pembacaatau pada proses analisis yang dimiliki pembaca bahwa hal tersebut memilikikepentingan tersendiri, sehingga pemerintah mengambil keputusan yang dalam koran online tidak diperlihatkan mengapakoopsusgab membutuhkan payung hukum. Masih terlihat samar-samar dalamjudulnya “Politikus PKS Koopssusgab Blunder Jika tanpa Payung Hukum”tersebut, namun dapat menarik perhatian pembaca dengan tidak menggambarkansecara gamblang apa yang menjadi tujuan dimuatnya berita tersebut. Sehingga, halitu menjadi daya tarik bagi pembaca, untuk membacanya secara keseluruhan agarmampu menafsirkan apa yang dimuat dalam judul. Pengaktifan kembali Koopsusgab ini juga menuai pro dan kontra dariberbagai kalangan politikus dan masyarakat. Ada yang menyetujui, dan ada pulayang menganggap bahwa pengaktifan kembali Koopsusgab ini sebagai bentuktindakan yang gegabah, karena dianggap akan membuat para teroris tersebut senangmelihat pemerintah gelisah dan panik. Terlihat dalam kutipan berita kepanikan itu adalah wacana mengaktifkan kembali KoopsusgabTNI yang sebelumnya pernah ada. "Publik marah dan pemerintah terkesankayaknya grogi, sehingga seolah-olah mereka bilang 'nih gua kasihKoopsussgab'," kata dia Mardani Ketua DPP PKS.Pada kutipan tersebut seolah menampilkan kembali frame, scripts, andschemata para peserta wacana mengenai suatu pengalaman yang sebelumnyapernah terjadi. Terlihat jelas dari penggalan kutipan yang dicetak tebal pada kalimatpertama, membuktikan bahwa pengalaman dari keseluruhan kalimat tersebutpernah terbentuk sebelumnya. Hal tersebut mengembalikan ingatan kita padaSelasa, 9 Juni 2015, mengenai asal mula pembentukan Koopsusgab berbarengan3 dengan pertama kalinya saat Moeldoko menjabat sebagai Panglima TNI. Namun,beberapa waktu kemudian dari informasi yang diberikan oleh koran online tahun 2015 lalu mengatakan pada saat itu Koopsusgab TNI secara bergiliranper enam bulan dijabat oleh Danjen Kopassus, Dankorpaskhas, dan Dankormar,sesuai dengan aturan main yang diputuskan Mabes TNI. Namun, sesuai denganperkembangan konflik dan ancaman yang terus berkembang, salah satu anggotapasukan khusus TNI yang ditemui wartawan mengatakan akan lebihbaik jika komando ini memiliki komandan sendiri yang bukan diambil secarabergiliran. Artinya penanganan Koopsusgab yang tidak dipimpin oleh satupemimpin pada saat itu tetap akan menuai berbagai permasalahan baru, dengan carakerja yang berbeda dari setiap pemimpin yang akan membuat para anggotakebingungan apalagi dengan rentang kepemimpiman yang dapat dikatan sangatsebentar, tidak akan mampu menghasilkan sesuatu yang lebih zaman terus berkembang dan permasalahan di luar lingkunganmereka lebih menyesuaikan dengan dunia nyata dan perubahan zaman. Pada saatitu, Koopsusgab mencoba berkiblat pada intelligence Amerika Serikat, bahwapembentukan satuan khusus seperti itu harus dilengkapi dengan sistem pengamananyang canggih dan ditopang dengan teknologi yang tinggi berbasis satelit agar dapatbergerak secara maksimal. Bisa saja, ketidaksiapan seperti itulah yang membuatKoopsusgab di Indonesia itu, interpretasi masyarakat akan ucapan Madani mengenai nih guakasih Koopsusgab’. Apabila dianalisis berdasarkan konteks intertekstual danpraanggapan, maka teks tersebut dapat dijadikan landasan oleh peserta untuk memberikan praanggapan dari pokok kalimat tersebut adalahtidak usah panik, kita memiliki pasukan khusus untuk penanganan bom diIndonesia, ada Koopsusgab yang dapat menyelesaikan kasus teroris, tidak usahkhawatir Koopsusgab sudah tercatat dalam undang-undang meski telah dibekukan,tenang saja Koopsusgab terbentuk dari pasukan-pasukan khusus yang telahmendapat pelatihan-pelatihan khusus, Koopsusgab tidak perlu lagi mencaripayung hukum, karena sudah menjadi bagian dari tugas TNI. Bagian yang pentingdalam praanggapan ini, karena sifat dari topik dan banyaknya orang yang membacaberita tersebut, menceritakan apa yang sudah diketahui orang mengenaiKoopsusgab yang sudah ada sejak tahun 2015 dan praanggapan tersebut juga berusaha diperlihatkan oleh koranonline yang berjudul Politikus PKS Koopssusgab Blunder Jikatanpa Payung Hukum, dalam kutipan berikut.“Inilah yang diinginkan oleh teroris," ujar Ketua DPP Partai KeadilanSejahtera PKS Mardani Ali Sera dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat,Sabtu 19/5.4 Mardani mengatakan teroris akan senang jika pemerintah terkesan panik danterburu-buru. "Teroris akan berpikir, 'wah keren, pemerintah panik'," pengungkapan yang digunakan oleh terlihat jelas. Bahwa dalam koran online segalanya dengan secara gamblang secara tersurat, sedangkan dalamkoran online dijelaskan secara tersirat terlihat dalam penggalankutipan yang dicetak tebal pada kutipan pertama, memunculkan sebuah ironi yangdiungkapkan oleh Mardani secara halus mengenai tanggapannya akan pengaktifankembali Koopsusgab. Pada ungkapan tersebut juga menghasilkan praanggapanyang dimunculkan di sana adalah teroris senang dengan tindakan pemerintah yangsecara spontan dan tidak dengan perencanaan, sehingga akan membuat terorisdengan lebih mudah lagi membelah diri menjadi berbagai kelompok yang tidakdapat ditebak, teroris menginginkan masyarakat Indonesia terpecah belah denganberbagai isu yang dapat mengadu domba salah satu targetnya ialah agama. Parateroris tahu bahwa Indonesia lemah dalam urusan agama, mereka akan tundukdengan agama mereka masing-masing, sehingga mereka mengandalkan agamasebagai tamengnya, sebagai ajarannya yang dan kontra pengaktifan kembali Koopsusgab TNI ini direspon oleh StafPresiden Moeldoko. Tetapi menurut Mardani selaku Ketua DPP Partai KeadilanSejahtera PKS, penanganan terorisme di dalam negeri akan lebih efektifmenggunakan instrumen yang sudah ada. Hal ini terlihat dari berita seperti dalam kutipan berikut."Saya pikir lebih cerdas kalau Babinsa dihidupkan, Babinkamtibmasdihidupkan, RT dan RW dihidupkan," kata dia. "Semua teroris itu adaalamatnya, ada tetangganya. Makanya, kita sempat diskusikan kedepankanfungsi intelijen, dan intelijen paling utama itu masyarakat kita," ucapannya tersebut memperlihatkan ketidaksetujuan Mardani KetuaDPP PKS akan pengaktifan kembali Koopsusgab. Praanggapan yang dimunculkanoleh Mardani ialah teroris itu hidup dimasyarakat sehingga yang bisamenanganinya adalah masyarakat itu sendiri. Terlihat dari ucapannya yang lebihmendukung adanya Babinsa, Babinkamtibmas, RT dan RW. Dalam ungkapannyatersebut terlihat jelas menghasilkan interpretasi antara hubungan teks dan teks tersebut menghasilkan proses analisis dalam pikiran penafsir melaluidialektikal yang dapat memengaruhi penafsir, untuk melakukan sesuatu yangdianjurkan oleh Mardani tersebut. Bahwa hanya masyarakat lah yang mampumerangkul dan menangani teroris. Sebab adanya teroris karena kurangnya rasapeduli untuk memperbaiki ajaran yang salah. Adanya teroris, sebab kita lebihdisibukan dengan urusan pribadi kita masing-masing tanpa mencoba mencari tahudan memahami lingkungan di Zaman yang semakin berubah ini, menuntut kita hidup dalam dunia masing-masing. Hal tersebutlah yang menimbulkan adanya berbagai bentrokan. Mencobamembantu, namun malah dikatakan turut ikut campur. Mencoba perduli, namundikatakan “sok” tahu. Berbaik hati namun dimanfaatkan oleh oknum-oknum yangtidak bertanggung jawab. Hal-hal seperti itulah yang dapat mengundang berbagaiopini dan anggapan “mungkin lebih baik sendiri” kemudian dalam kesendiriannyaitu mereka tersesat dalam ajaran-ajaran yang dapat membantu mereka keluar daridunianya yang sebelumnya. Sebab, orang yang tidak baik bermula dari merekayang merasa tersakiti oleh lingkungannya. Dengan demikian, Mardani mencobakembali membuat masyarakat untuk dapat saling merangkul satu antara yang lain,agar kejadian-kejadian seperti ini dapat ini juga tidak berbeda dengan yang diberitakan oleh koran dengan judul Politikus PKS Koopsusgab Blunder Jika tanpaPayung Hukum. Dalam koran online tersebut juga menuliskan samapersis dengan yang dituliskan oleh seperti lebih baik mengaktifkan kembali petugas penjaga ketertiban dankeamanan masyarakat. "Menurut saya, lebih baik jika Kamtibmas dihidupkanlagi. Kemudian, Babinsa, Bhabinkamtibmas, RT dan RW juga dihidupkan,"kata kedua koran online tersebut membentuk skema peserta wacana dalammerepresentasi mental mereka akan jenis aktivitas tersebut sebagai sebuah prediksiyang dianggap ampuh dalam menangani kasus teroris. Jenis aktivitas yangdiprediksi ampuh menangani teroris dengan menghidupkan Kamtibmas, Babinsa,Bhabinkamtibmas, RT dan RW. Dalam hal tersebut isinya harus terdiri daripenyebab seseorang menganut ajaran yang salah, bagaimana menangani haltersebut, akibat dari ajaran yang salah tersebut, hasil jangka panjang. Daripenjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa skema mewakili perilaku sosial,artinya pendekatan yang lebih humanisasi diperlukan dalam memperbaiki danmenangani terjadinya pembentukan jaringan itu, hal yang berbeda dijelaskan oleh koran dalam akhirberita yang dimuatnya yakni membahas mengenai payung hukum akan keberadaangabungan personel dari satuan elite TNI tersebut. Dalam koran online kembali Koopsusgab TNI tersebut sudah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. "Ada pertanyaan yang sekarangjadi polemik, apa perlu payung hukum? Lah untuk apa lagi hukum? Wongpembentukan Koopsusgab itu sudah pernah saya bentuk kok, tinggaldilanjutkan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Jumat18/5/2018.Dalam kutipan tersebut, terlihat jelas ada kepentingan tersendiri di antarapemerintah. Entah karena dana yang dibutuhkan untuk mengaktifkan kembali6 pasukan elite tersebut atau kepentingan politik di dalamnya yang tidak dapatdengan mudah dibaca oleh masyarakat awam mengenai hal tersebut. Bahkansampai ada salah satu dosen dari Universitas Sumatera Utara USU HimmaDewiyana Lubis yang mengatakan bahwa isu teroris tersebut hanya lah sebagaipengalihan isu mengenai tagar 2019gantipresiden. Bagi orang-orang yangmemiliki kepentingan tersendiri hal-hal seperti ini dapat dimanfaatkan untukmelancaran segala macam cara agar kepentingan tersebut dapat seperti itu juga, diperlihatkan dengan jelas oleh Moeldoko dalamkoran online ini pun bisa digunakan untuk membantu kepolisian di dalam halyang bersifat khusus seperti penanganan teroris. “Kepolisian yang pahammau diapain tergantung dari keinginan polisi, tetapi yang paling pentingsecara kapasitas pasukan khsusus siap digunakan untuk kepentinganyang menentukan," ujar Moeldoko di Istana Negara, Jumat 18/5.Dalam kalimat terakhir yang diucapkan oleh Moeldoko, mengandung maknaujaran yang berkaitan dengan makna bagian yang konstituen dari sebuah teks yangmengacu sebagai ujaran-ujaran’ dalam hal ini penafsir akan menggunakan aspeksemantik mereka untuk dapat merepresentasikan makna dari kata yang diucapkanoleh Moeldoko mengenai “kepentingan yang menentukan” tersebut. Sebab, hal inimenggabungkan makna dari kata tersebut dan informasi gramatikal yang bekerjasebagai sebuah proses yang secara implisit untuk dapat mencapai makna secarakeseluruhan, apakah tindak tutur tersebut digunakan hanya untuk “perform” bahwapasukan yang dibangun oleh Moeldoko ini siap menangani segala macampermasalahan terorisme atau lain sebagainya. Kesiapan Moeldoko yang tersiratdalam koran online dalam menangani kasus terorisme tersebut,diperlihatkan dalam koran online yang menjelaskan, seperti Panglima TNI itu menjelaskan, Pasal 7 UU TNI menjelaskan soaltugas TNI, yakni melaksanakan operasi perang dan operasi militer selainperang OMSP. Dalam OMSP, tertulis 14 hal yang dikategorikan sebagaiOMSP. Salah satunya soal tugas pemberantasan terorisme. Dari argumentasitersebut, Moeldoko berpendapat, seharusnya pengaktifan kembali timKoopsusgab tidak perlu lagi menjadi pro kontra di masyarakat, khususnya ditingkatan elite wakil rakyat. Selain itu, Koopsusgab tak akan bergerak tetap didasarkan pada permintaan Polri, dengan arahanPanglima TNI yang dipimpin oleh penjelasannya tersebut merupakan sebuah transisi dari tahapinterpretasi yang sebelumnya diucapkan oleh Moeldoko dan Mardani mengenaipengaktifan Koopsusgab yang kemudian ditutup oleh penjelasan Moeldokomengenai tugas Koopsusgab yang salah satunya ialah menangani kasus tersebut direproduksi untuk dapat menggambarkan sebuah wacana sebagaibagian dari proses sosial, sebagai praktik sosial, dan menunjukkan bagaimana7 kalimat tersebut ditentukan oleh struktur sosial agar efek dari wacana tersebut dapatdipertahankan atau diubah. Dalam hal ini peserta wacana dapat menafsirkan bahwakalimat tersebut menentukan posisi siapa yang menggungkapkannya. Karena iamenjadi struktur terpenting dalam lingkungan sosialnya, sehingga ia dapatmengatakan demikian untuk dapat memberikan efek pada peserta wacana denganmengikuti apa yang dikatakan olehnya. Sebab dalam hal ini struktur sosial menjadifokus dalam sebuah hubungan kekuasaan, proses, dan praktik sosial yangmemperjuangkan sosial. Dengan demikian, dalam kutipan tersebut Moeldokomencoba meyakinkan peserta wacana atau pembaca bahwa ia sedangmemperjuangkan apa yang menjadi kekehawatiran masyarakat dengan mencobamengaktifkan kembali dalam koran online belum menyelesaikan beritanyadengan penjelasan mengenai bagaimana cara kerja Koopsusgab, melainkanmemberikan terlebih dahulu penjelasan yang mencontohkan bahwa semua masalahteroris ini merupakan “soal profiling mereka” yang artinya kembali lagimenggunakan pendekatan oleh masyarakat. Hal itu ditegaskan dalam hal yangMardani contohkan pun mencontohkan ibu dari Jamaah Ansharut Daulah JAD JawaTimur Syamsul Arifin alias Apin alias Abu Umar. Baru-baru, sang ibubernama Patokah sudah mengetahui perubahan perilaku tetapi, Mardani menuturkan, sang ibu tidak menyampaikan kepadaorang lain, termasuk pengurus RT/RW. “Maka, diperlukan pendekatan olehmasyarakat," tersebut membuat peserta wacana mengakses proses wacanamereka dalam produksi dan interpretasi yang terjadi di kepala mereka. Untuk dapatterlibat dalam proses wacana tersebut, Mardani mencoba mencontohkan ketakutansang ibu yang bernama Patokah untuk dapat mengakui perubahan perilaku anaknyakepada pengurus RT/RW. Ketakutan tersebut bisa terjadi karena takut anaknya akandijembloskan ke penjara atau bahkan takut terhadap anaknya sendiri. Analisisdemikian berasal dari teori sosial yang sudah sering terjadi sekarang ini. Namun,sang ibu melupakan kesadaran dirinya yang juga sama-sama penting, sebab jika iaingin menghindari asumsi masyarakat akan perubahan prilaku anaknya, maka iaharus dapat menjadi tempat mediasi antara sang anak dan pengurus RT/ apabila dilihat berdasarkan segi konteks situasional dan jeniswacananya, dalam koran online memberikan penggambaranskematis mengenai bagaimana penafsir tiba pada interpretasi mereka yangdiperlihatkan dalam kutipan pemerintah telah menegaskan kepastian membentukKoopssusgab TNI baru yang akan diterjunkan dalam situasi tertentu. Namun,pengaktifan kembali Koopssusgab ini dilakukan untuk memberikan rasaaman kepada Dari konteks situasional, jenis wacana ini dianggap menjadi keputusan yangtepat untuk digunakan dalam keadaan dan situasi yang genting seperti yang sedangterjadi. Meski faktanya tidak melulu demikian. Pada kutipan terakhir yangdiungkapkan oleh Moeldoko, ia mencoba meyakinkan bahwa masyarakat akanaman dengan adanya Koopsusgab. Namun, pada tatanan sosial digambarkansebagai prosedur interpretatif oleh peserta yang berbeda justru dapat menimbulkanperbedaan yang relatif berdasarkan kecenderungan peserta wacana mendasarikasus-kasus tersebut sebagai gangguan komunikasi yang terjadi dalam budayaantara ideologi yang berbeda posisi. Dengan demikian, kita tidak hanya bisamengambil konteks untuk diasumsikan bahwa pernyataan tersebut adalah bentuktransparan pemerintah dalam menangani kasus terorisme yang tersedia untuk semuapeserta melainkan juga harus dapat membentuk interpretasi yang sama antarapartisipan yang mencontohkan mengenai perubahan salah satu pelaku teroris, barukemudian koran online menberikan penjelasan mengenai bagaimanacara kerja Koopsusgab, seperti Staf Kepresidenan Moeldoko menjelaskan, Koopsusgab terdiri darisemua kekuatan Detasemen Khusus, Detasemen 81, Kopassus, danDetasemen Bravo. Tugasnya, yaitu mengatasi berbagai situasi yang sangatmendesak dan menentukan di daerah tertentu yang perlu kecepatan kutipan tersebut apabila dianalisis berdasarkan frame, scripts, andschemata menjadi bagian dari asumsi implisit, koherensi dan inferensial yangdibangun oleh Moeldoko untuk dapat mewakili dari keseluruhan kekuatan yangdigabungkan dalam pasukan khusus Koopsusgab agar dapat menangani berbagaisituasi yang mendesak dan menentukan penanganan yang cepat seperti kasus bombunuh diri tersebut. Istilah-istilah yang digunakan oleh pasukan khusus tersebutjuga mewakili proses kompleksitas atau serangkaian peristiwa yang melibatkankombinasi entitas seperti kasus terorisme, bom bunuh diri, korban dari ledakanbom, sikap tanggap pemerintah mengenai kasus-kasus tersebut dan yang seperti itu dibangkitkan dalam kegiatan yang diwakili oleh skrip yang demikian mewakili subjek yang terlibat dalam kegiatan ini,dan hubungan di antara mereka. Dalam hal ini, Moeldoko melambangkan cara-caradi mana subjek tertentu berperilaku dalam kegiatan sosial untuk dapat bersikapterhadap satu sama lain dan melakukan suatu hubungan. Dalam hal ini skriptersebut disampaikan oleh Moeldoko untuk pasukan Koopsusgab agar dapatmenangani kasus-kasus yang mendesak dengan PENUTUPBerdasarkan hasil analisis tahap eksplanasi Fairclough, dapat disimpulkanpada analisis interpretasi dalam kedua berita tersebut memberikan beberapagambaran. Gambaran pertama pada konteks situasional dan jenis teks, konteks9 intertekstual dan praanggapan, serta frame, scripts and schemata yang menjadipenekanan dalam kedua teks berita tersebut didominasi untuk tujuan membentukhubungan antara pemilik kuasa dengan praktik sosial. Sedangkan gambaran keduapada tingkatan interpretasi dalam teks yaitu makna ujaran yang hanya ditimbulkanpada koran online Pada analisis eksplanasi atau penjelasan dalam kedua teks berita tersebutsama-sama mereproduksi teks. Teks yang direproduksi tersebut memengaruhipeserta wacana, yang digambarkan oleh identitas pembuat teks yang menentukanstruktur sosial pembuat teks. Sehingga gambaran tersebut dapat memberikan efekpada reproduksi wacana yang ditafsirkan peserta wacana. Penentuan dan efek sosialini dimediasi oleh MR yaitu struktur sosial membentuk MR, yang pada gilirannyamembentuk wacana dan wacana mempertahankan atau mengubah analisis proses analis juga hanya terdapat pada koran online republika,sebab di dalamnya menghasilkan berita yang mengharuskan peserta wacanamencerna terlebih dahulu apa yang menjadi topik dalam berita tersebut sebelummembacanya. Dalam koran republika tersebut proses analis sudah dimulai dari awalmembuat judul yang dimuat. Proses analis tersebut berlangsung dalam pikiranpeserta wacana untuk dapat menginterpretasi sesuatu hubungan antara struktursosial dan praktik B. 2018. di akses pada 29 Mei N. 1989. Language and Power. New York Longman N. 1995. Critical Discourse Analysis The Critical Study M. 2018. h -blunder-jika-aktifkan-koopsusgab-tni-tanpa-payung-hukum, di aksespada 29 Mei E. D. 2018. 18/05/19/p8z0qn428-politikus-pks-koopssusgab-blunder-jika-tanpa-payung-hukum, diakses pada 29 Mei T. A. V. 1997. Discourse as Structure and Process. London Sage ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Luthfiana Rana (2020) ANALISIS WACANA KRITIS NORMAN FAIRCLOUGH KONTROVERSI SUKMAWATI PADA PEMBERITAAN DI KUMPARAN.COM, EDISI SABTU 16 NOVEMBER 2019 DAN TRIBUNNEWS.COM, EDISI MINGGU 17 NOVEMBER 2019. Skripsi (S1) thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
AnalisisWacana Normman Fairclough. Nama :JENNIFER AULIA. Kelas : 2012_C. Kerangka analisis AWK model Norman Fairclough terdiri dari tiga dimensi, yaitu dimensi tekstual, dimensi kewacanaan, dan dimensi praktik sosial. 1. Dimensi Tekstual. Fairclough mengemukakan bahwa analisis teks merupakan analisis terhadap teks yang terdapat dalam
CmQIEwk. 8p6qx3aepj.pages.dev/328p6qx3aepj.pages.dev/748p6qx3aepj.pages.dev/2898p6qx3aepj.pages.dev/1988p6qx3aepj.pages.dev/2158p6qx3aepj.pages.dev/1618p6qx3aepj.pages.dev/708p6qx3aepj.pages.dev/3488p6qx3aepj.pages.dev/203
perbedaan analisis wacana dan analisis wacana kritis